Metaverse Dalam Pendidikan

Menurut dewaweb[1], metaverse adalah konsep dunia virtual yang dapat dimiliki dan diisi dengan berbagai benda dan kegiatanselayaknya dunia nyata dan memungkinkan interaksi antar pengguna dengan bantuan alat VR (Virtual Reality) atau AR (Augmented Reality).


Karena metaverse dapat melakukan banyak tugasan yang juga dapat dilakukan dalam dunia nyata, maka dunia pendidikan dapat maju, apalagi sedang terjadi pandemi COVID-19, maka beberapa aktifitas pendidikan seperti pendidikan tatap muka harus dihentikan sementara, ini akan menjadi masalah menyangkut pelajaran dari rumah mengandalkan Zoom Meeting yang juga memiliki masalah seperti 

1. Mudahnya Menipu Penampilan, dan

Ini akan menjadi masalah karena pada Zoom Meeting, kamera bisa dimodifikasi sedemikian rupa sehingga gambar yang terlihat di guru terlihat seperti sedang memperhatikan, padahal tidak sama sekali. Seperti yang dijelaskan pada artikel yang ditulis oleh Amit Rahi dari Gadgets To Use,  di https://gadgetstouse.com/blog/2020/05/11/fake-attend-boring-zoom-meeting/, sangat mudah untuk menipu penampilan pada meeting yang mengakibatkan ketidakpahaman materi yang dijelaskan pada saat pelajaran.

2. Pembelajaran yang Monoton.

Zoom Meeting memiliki tampilan yang sangat membosankan, dengan warna abu-abu yang jelas membosankan, ini akan menyebabkan siswa kehilangan minat belajarnya seiring waktu.

Dengan konsep dunia virtual yang diusung oleh Metaverse, pembelajaran secara online dapat dilakukan dengan lebih interaktif. Metaverse menyediakan dukungan pada pembelajaran online dengan tidak menghilangkan pengalaman belajar di sekolah atau kampus. Metode belajar di mana saja dan kapan saja menjadi konsep menarik yang disenangi banyak pihak. Waktu, ruang dan biaya dapat dipangkas dengan kehadiran teknologi. Sebagai contoh, dalam pelajaran geografi, guru dapat mengajak peserta didik melihat peristiwa gunung meletus, pada pelajaran Sejarah tidak perlu membawa peserta didiknya ke museum di dunia nyata dan pada pelajaran Biologi saat praktik peserta didik bisa mengetahui bagaimana organ-organ tubuh hewan tanpa harus membedahnya.

Di dunia virtual pengalaman belajar menjadi lebih nyata dan bermakna, misalnya dalam pelajaran sejarah bapak/ibu guru bisa membawa siswa-siswinya menuju tempat-tempat yang bernilai sejarah baik di dalam maupun di luar negeri bahkan keluar angkasa dengan mudah, tidak seperti kalau di dunia nyata. Peserta didik bisa melihat Candi Borobudur, Candi Prambanan dan destinasi wisata keindahan alam Indonesia yang lainnya.


Selain kegiatan belajar mengajar, urusan lain-lain seperti administrasi guru, administrasi keuangan, supervisi, berkas-berkas kenaikan pangkat dan seterusnya bisa dilakukan di metaverse, tetapi apakah semua ini nantinya bisa dilaksanakan di negara kita, itu masih tanda tanya, yang jelas sementara ini semua masih terbatas dalam angan-angan. Jika semua kegiatan dalam dunia pendidikan dilakukan secara virtual akan ada dampak negatif yang dapat dirasakan, yaitu hilangnya kehangatan sosial karena tidak melakukan interaksi dengan manusia secara langsung. Bida jadi Pendidik tidak mengenal langsung peserta didiknya karena pembelajaran hanya menjadi formalitas saja.

Perkembangan teknologi, termasuk metaverse, hakikatnya hanyalah sebuah cara, tidak bisa dijadikan esensi kehidupan. sekolah fisik dan semua kegiatan di dalamnya juga tidak akan digantikan oleh metaverse. Metaverse hanya akan menjadi alat bagi dunia pendidikan untuk membuat pelayanan lebih baik lagi tanpa harus menghilangkan semua yang ada di dunia nyata. Bagaimanapun juga dunia pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, bukan memvirtualkan manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Program Sederhana Dengan Scratch

Pengalaman PTM